Indonesia sebagai salah satu negara dengan luas hutan terbesar di dunia harus melakukan konservasi dan pengelolaan hutan untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam. Pemerintah telah bekerja keras untuk mengurangi laju deforestasi di Indonesia, mengingat kondisi hutan di Indonesia yang kritis. Sementara itu, BPK RI juga turut mengambil peran dalam pengelolaan kelestarian alam dalam pelaksanaan pemeriksaan berperspektif lingkungan. Salah satu peran BPK RI diwujudkan dalam pemeriksaan kehutanan. Dalam rangka peningkatan kapasitas auditornya BPK RI melaksanakan Pelatihan Internasional Pemeriksaan Kehutanan di Pusdiklat BPK RI pada 15 – 19 September 2014.
Pelatihan yang diikuti oleh 13 orang peserta dari negara Fiji, Malaysia, Micronesia, Nigeria, Philipina, Tanzania, Thailand, Timor Leste dan 8 orang auditor BPK RI ini dibuka secara resmi oleh Anggota BPK, Dr. Ali Masykur Musa pada Senin, 15 September 2014. Pada kesempatan ini Anggota BPK menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi seluruh peserta dalam mengikuti Pelatihan Internasional Pemeriksaan Kehutanan yang merupakan salah satu implementasi rencana kerja INTOSAI WGEA periode 2013 – 2016. INTOSAI WGEA merupakan kelompok kerja audit lingkungan dari organisasi BPK sedunia yang mendorong penggunaan audit mandate dan metode pemeriksaan di bidang perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan dengan mengembangkan pedoman audit, penelitian dan pelatihan seputar isu-isu lingkungan hidup.
“BPK telah ditetapkan untuk melakukan pelatihan pemeriksaan kehutanan dalam menyebarluaskan materi bimbingan INTOSAI WGEA yang dihasilkan oleh BPK,” ungkap Anggota BPK di hadapan para tamu undangan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan dan para pejabat struktural di BPK Pusat dan Pusdiklat BPK RI.
Pelatihan internasional yang akan berlangsung selama lima hari ini diawali dengan pidato laporan Sekretaris Jenderal BPK RI, Hendar Ristriawan yang menekan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu bentuk peningkatan kapasitas bagi para auditor. “Dengan menggunakan pendekatan audit kinerja, pelatihan ini memberikan ketrampilan dalam menilai tiga aspek (ekonomi, efektifitas dan efesiensi) dari program di sektor kehutanan,” ujar Sekretaris Jenderal. Fasilitator pada pelatihan ini merupakan pelatih bersertifikat Intosai Development Initiative (IDI) dan berpengalaman dalam pemanfaatan teknologi geo-spasial serta konsep pemeriksaan kinerja dalam pemeriksaan kehutanan. Untuk memperkaya pengetahuan para peserta, BPK RI juga mengundang ahli pemeriksaan kehutanan dari BPK Kenya.
Lebih lanjut Sekretaris Jenderal mengungkapkan bahwa pelatihan ini telah dirancang seefektif mungkin. Hari pertama pelatihan diawali para peserta dengan kegiatan touring di sekitar lingkungan Pusdiklat. Para peserta diajak untuk melalui jalur pedestrian di areal Pusdiklat dan melihat fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya seperti arena olah raga, perpustakaan dan poliklinik.
Selama empat hari pertama peserta membahas tentang konsep Sustainable Forest Management (SFM), latihan, studi kasus dan diskusi seputar pemeriksaan kehutanan. Untuk mempertajam kemampuan para peserta dalam penggunaan teknologi GIS dalam rangka mengumpulkan bukti pemeriksaan, maka mereka dijadwalkan akan melakukan field trip ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat. Melalui penyelenggaraan pelatihan ini Organisasi BPK Sedunia (SAI) diharapkan dapat membantu pemerintah dalam memperkuat pengawasan pengelolaan hutan serta meningkatkan penilaian dan mitigasi risiko yang berkaitan dengan hutan. ****