Peserta Diklatpim Tingkat III Angkatan I Tahun 2019, Plesiran Tempo Doeloe

“Masa lalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan masa kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali meninggalkan sejarah. Dengan melihat kembali perjalanan sejarah Bangsa Indonesia melalui bukti-bukti materiil akan memberikan pemahaman yang benar mengenai jati diri bangsa. Harapannya, hal ini akan memunculkan kesadaran nasional”.

Kalimat tersebut terpampang pada dinding Museum Perumusan Naskah Proklamasi, yang merupakan salah satu museum yang dikunjungi oleh 34 orang peserta Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat III Angkatan I Tahun 2019 dalam rangka pelaksanaan Mata Diklat Wawasan Kebangasaan pada Selasa, 18 Juni 2019.

Penyampaian materi Wawasan Kebangsaan bertujuan untuk menambah pemahaman peserta terhadap nilai-nilai kebangsaan dan karakter pemimpin bangsa sebagai dasar dalam menjalankan tugas sebagai seorang ASN. Selain itu, mata diklat ini juga menggali wawasan kebangsaan dan nasionalisme para peserta agar dapat diterapkan di unit kerjanya masing-masing.

Bekerja sama dengan Komunitas Sahabat Museum, kegiatan pembelajaran wawasan kebangsaan ini dikemas dalam bentuk “Plesiran Tempoe Doeloe”. Dipandu oleh narasumber sejarawan Indonesia, Rushdy Hoesein, dan sang penggagas komunitas Sahabat Museum, Ade Purnama, Peserta Diklatpim Tingkat III Angkatan I Tahun 2019 diajak plesiran ke berbagai museum saksi sejarah kebangkitan Indonesia.

Peserta menelusuri lorong waktu ke dalam masa terbentuknya Bangsa Indonesia dimulai dengan mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional di Jl. Abdul Rachman Saleh, Senen, Jakarta Pusat. Museum ini merupakan tempat pendidikan Sekolah Dokter Djawa dan Sekolah Kedokteran Bumiputera atau yang lebih dikenal dengan sebutan STOVIA pada masa pemerintahan Hindia Belanda. STOVIA menjadi lembaga pendidikan pertama yang menjadi tempat berkumpulnya para pelajar dari berbagai wilayah. Mereka yang berasal dari beragam adat istiadat dan suku bangsa dapat melakukan interaksi dengan baik selama menjalani pendidikan di STOVIA. Interaksi ini menumbuhkan toleransi antar suku yang semakin mempererat persatuan bangsa. STOVIA menjadi saksi lahirnya organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan, seperti salah satunya adalah Boedi Oetomo yang merupakan pelopor pergerakan kemerdekaan di Indonesia.

Kunjungan berikutnya adalah Museum Sumpah Pemuda di daerah Kramat, Jakarta Pusat.  Cerita sejarah yang ada di museum ini adalah tentang awal pembentukan organisasi pergerakan  pemuda. Mereka melakukan upaya untuk membina persatuan dan kesatuan bangsa dan membentuk federasi yang beranggotakan organisasi pemuda yang sudah ada. Hasil akhir dari upaya para pemuda dalam pembentukan organisasi ini adalah lahirnya “Sumpah Pemuda”, yaitu berupa tekad para pemuda untuk setia dan mengabdi pada satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.

Perjalanan selanjutnya para peserta diklat pada hari itu adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau yang disingkat dengan Munasprok adalah saksi bisu sejarah perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sebelum dibacakan, Naskah Proklamasi dirumuskan di gedung bekas kediaman Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat ini. Di museum ini para peserta dapat mempelajari perjalanan panjang kemerdekaan Bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan.

Pada akhir plesiran, para peserta Diklatpim Tingkat III Angkatan I Tahun 2019 mengunjungi Tugu Proklamasi. Rusdhy mengajak peserta menapaki sejarah panjang perjuangan para pahlawan pendiri bangsa. Para peserta diingatkan kembali semboyan Bung Karno dalam pidato Deklarasi Kemerdekaan Republik Indonesia tentang “Jas Merah” atau jangan sekali-kali melupakan sejarah. Para peserta memanjatkan doa bersama untuk mendoakan arwah para pahlawan yang telah gugur demi bangsa dan negara. Rangkaian kegiatan diklat pada hari itu, para peserta diklat mengakhirinya dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya.”  (IAP/EN)

 

Foto: Diaz