Di tengah isu perubahan iklim selama dua dekade terakhir ini, tak dipungkiri bahwa kerusakan hutan sebagai paru-paru dunia menyumbang peranan yang signifikan. Persoalan konservasi, degradasi dan deforestasi dalam kaitannya dengan kebutuhan lahan yang semakin meningkat menjadi isu utama yang harus mendapatkan perhatian khusus dari semua negara. Fenomena ini mendorong BPK RI untuk ikut berperan dalam menjaga perlindungan dan kelestarian hutan di Indonesia sebagai paru-paru dunia melalui penyelenggaraan The 3rd International Training on Forestry Audit 2016 yang berlangsung pada 19 – 23 September 2016 di Pusdiklat BPK RI, Kalibata. Untuk ketiga kalinya BPK RI mendapatkan kepercayaan dari Intosai WGEA menjadi tuan rumah pelatihan ini dengan mengangkat topik tentang kawasan konservasi hutan, masalah yang signifikan di banyak negara dalam beberapa tahun terakhir. INTOSAI WGEA adalah kelompok kerja audit lingkungan dari INTOSAI, dimana BPK RI mendapat kepercayaan sebagai ketua hingga periode Tahun 2019.
Pelaksanaan kegiatan ini sejalan dengan komitmen INTOSAI WGEA dalam rencana kerja 2014-2015, tujuan pelatihan ini untuk peningkatan kapasitas auditor melakukan audit pada kawasan konservasi hutan. “Program ini dapat membantu pemerintah dalam memperkuat pengendalian internal pengelolaan hutan, meningkatkan penilaian dan mitigasi risiko yang berkaitan dengan hutan dan pengelolaan kawasan konservasi hutan,” ungkap Ketua BPK RI, Harry Azhar Aziz pada acara pembukaan Senin, 19 September 2016 yang dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, Staf Ahli Bidang Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan, Blucer W. Rajagukguk serta para pejabat struktural di lingkungan BPK RI.
Pelatihan ini diikuti oleh 22 orang peserta dari 9 negara, yaitu Banglades, Tiongkok, Indonesia, Iran, Jordania, Filippina, Saudi Arabia, Sri Lanka, dan Thailand. Sementara itu, peserta dari Indonesia terdiri dari para auditor BPK RI dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Pusdiklat BPK RI menghadirkan fasilitator dan pengajar dari para auditor BPK RI dengan pengalaman yang terbaik dan ahli dalam bidang teknologi geospasial serta keahlian dalam bidang audit kinerja kehutanan untuk membagikan pengetahuannya kepada para peserta. Materi yang diberikan pada pelatihan kali ini antara lain adalah identifikasi bukti audit dan metodologinya, penyusunan laporan audit, berbagi pengalaman tentang praktik laporan audit kinerja serta studi kasus.
Plh. Sekretaris Jenderal BPK RI, Sucipto dalam laporan pelaksanaannya mengungkapkan bahwa Pusdiklat BPK RI memberikan fasilitas kepada seluruh peserta untuk mengakses koleksi pustaka pra-training dari database. Dengan demikian para peserta dapat terlibat langsung dengan beragam studi kasus yang berhubungan dengan audit kehutanan.
Untuk mendapatkan pengalaman nyata pelaksanaan audit kehutanan, Pusdiklat BPK RI mengajak peserta ke Gunung Pancar, Sentul, Jawa Barat untuk melakukan praktik langsung pemanfaatan teknologi teknologi GIS (Geographical Information System) dan GPS (Global Positioning System) untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti audit. Jesusa R. Gauang (Philipina) dan Ren Guangyuan (China) sempat mengalamai kesulitan dalam mengoperasikan teknologi GIS dan GPS. Namun, mereka tetap bersemangat mempelajarinya dan berharap dapat menerapkan pengetahuan tentang forestry audit di negaranya masing-masing. “China juga memiliki hutan yang cukup luas. Saya harap bisa menggunakan teknologi ini negara saya,” ungkap Guangyuan.
Staf Ahli Bidang Lingkungan Hidup dan Pembagunan Berkelanjutan, Blucer W. Rajagukguk dalam sesi penutupan diklat berharap agar pengenalan GIS sebagai alat audit di BPK RI juga dapat memperkuat metodologi audit pada masing-masing negara peserta diklat. Melalui pola pembelajaran teori dan praktik langsung di lapangan, para peserta diklat diharapkan mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik audit kehutanan dan menerapkannya di negara masing-masing. (DD)
Foto: Fico & Arif