Secara geologis, Indonesia terletak di jalur tiga lempeng tektonik dan sering mengalami gesekan. Akibatnya, Indonesia sering mengalami bencana seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Fenomena ini menyebabkan jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa meningkat saat bencana alam. “Selamatkan dulu korban bencana, baru selesaikan administrasinya sesuai aturan yang berlaku,” tegas Ketua BPK RI, Harry Azhar Azis dalam acara pembukaan IDI-ASOSAI 3i Cooperative Audit Programme on Audit of Disaster Management – Audit Review Meeting di Pusdiklat BPK RI, Kalibata, Jakarta Selatan.
Selama dua dekade terakhir, bencana alam yang terjadi di Indonesia telah menelan ribuan korban jiwa serta mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang berimbas pada kerugian ekonomi. Gempa bumi dan tsunami Aceh menelan korban lebih dari 500.000 jiwa dan hancurnya ribuan bangunan pada tahun 2004 merupakan sebuah awal bagi BPK RI untuk melakukan pemeriksaan manajemen bencana. Pemulihan kondisi pasca bencana yang melibatkan kontribusi dan bantuan banyak pihak baik dari dalam maupun luar negeri menciptakan isu-isu terkait akuntabilitas dan pemeriksaan bantuan terkait bencana.
BPK RI menyadari bahwa pemeriksaan manajemen bencana dan pengelolaan sumber daya yang telah dialokasikan untuk rehabilitasi bencana membutuhkan perhatian khusus. Hal senada juga dinyatakan oleh Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei saat menyampaikan keynote speech pada pembukaan kegiatan, dimana manajemen bencana merupakan agenda bersama dalam komunitas global saat ini. BPK RI sendiri berupaya terus meningkatkan kompetensi para auditornya dalam melakukan pemeriksaan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana bantuan bencana. “BPK RI juga telah mengembangkan pedoman pemeriksaan manajemen bencana dan pengelolaan bantuan bencana,” ujar Ketua BPK di hadapan Program Manager – INTOSAI Development Initiative (IDI), Shofiqul Islam dan Capacity Development Administrator ASOSAI, Takaya Kato serta para pejabat Eselon I di lingkungan BPK RI.
Kegiatan yang berlangsung pada 10 – 14 Oktober 2016 ini diikuti oleh 7 orang resource person/trainer dari SAI Bhutan, China, Indonesia, Pakistan, Philippines, perwakilan IDI dan ASOSAI-Capacity Development Administrator (CDA) serta 48 orang partisipan yang terdiri dari 17 kelompok dari 17 SAI, yaitu SAI Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, China, India, Indonesia, Lao P.D.R., Malaysia, Maldives, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Philippines, Thailand, Ukraine dan Vietnam.
Pelaksanaan kegiatan ini merupakan aktivitas berkelanjutan dalam program yang dilaksanakan oleh IDI-ASOSAI yang bertujuan untuk memberikan asistensi kepada SAI-SAI di kawasan Asia dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja terhadap manajemen bencana berdasarkan ISSAI. Pertemuan ini merupakan pertemuan kedua sebagai tahapan reviu pemeriksaan, dimana IDI akan memberikan bantuan kepada para tim dari 17 SAI untuk melakukan finalisasi draft laporan pemeriksaan. Dengan adanya kegiatan ini BPK RI berharap dapat mengembangkan peran dan kapasitasnya bersama SAI se-Asia dalam bidang pemeriksaan manajemen bencana.(DD)
Foto: Fico